Saturday, January 16, 2010

Mengenal Apa Itu Penyakit Kawasaki

Penyakit ini memiliki gejalanya mirip dengan penyakit campak. Tapi, jauh lebih berbahaya. Apa sih sebetulnya penyakit Kawasaki? Mendengar namanya, kok, seperti merek sebuah kendaraan bermotor. Tapi, yang dimaksud bukan itu, lo, Bu-Pak. Ini penyakit yang bisa menimpa si buah hati. Kurang percaya? Simak penjelasan Dr. Najib Advani, SpA(K) MMed. Paed., "Penyakit Kawasaki merupakan penyakit akut yang disertai panas dan vaskulitis atau radang pembuluh darah, terutama pembuluh darah jantung. Gejalanya antara lain demam yang disertai bercak-bercak merah di seluruh tubuh. Karena itu seringkali orang tua mencurigainya sebagai campak atau alergi." Yuk, kita simak lebih jauh penuturan ahli jantung anak dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta ini.

Bermula Di Asia

Sebetulnya penyakit ini ditemukan pertama kali pada tahun 1967 di Jepang oleh Dr. Kawasaki. Karena itu disebut Kawasaki. Kasus ini kebanyakan ditemukan pada orang Asia, terutama ras Mongol; Cina, Jepang, Korea. Di Jepang dan Korea ditemukan kira-kira 50-100 kasus per seratus ribu anak di bawah usia lima tahun. Jadi, kira-kira satu diantara seribu anak balita. Di Hawai bisa mencapai 145 anak per seratus ribu anak di bawah lima tahun. Penyakit ini, jelas Najib, jarang sekali ditemukan pada usia di bawah tiga bulan. "Mungkin karena bayi masih mendapat kekebalan dari ibunya atau gejalanya masih ringan sehingga tak ketahuan."
Di Indonesia sendiri, Kawasaki tergolong penyakit baru. Bahkan, belum diketahui pasti jumlah kasus yang muncul. Hanya saja, dalam dua tahun belakangan ini di Jakarta ditemukan puluhan kasus serupa.
Yang jadi penyulit, ungkap Najib, sampai saat ini penyakit kawasaki masih belum tersingkap seutuhnya, misalnya, hingga saat ini masih belum diketahui penyebabnya. Tak heran jika di beberapa negara masih berlangsung berbagai penelitian untuk mengetahui secara lebih teliti tentang penyakit ini.
Yang jelas, delapan puluh persen menyerang anak-anak di bawah usia lima tahun. "Paling banyak usia 1-2 tahun dan pada anak laki-laki. Pada anak di atas 12 tahun atau orang dewasa, kasus kawasaki belum dilaporkan," ujar Najib yang pernah mempelajari penyakit Kawasaki di Australia untuk beberapa waktu.
Nah, mengingat negara-negara tetangga di bagian utara dan selatan Indonesia banyak ditemui kasus kawasaki, jadi, kemungkinan Indonesia terkena lebih banyak cukup besar. "Seperti halnya penyakit Rubella atau campak Jerman. Dulu di Indonesia, kan, hampir tak ada. Sampai beberapa tahun kemudian baru tampak dan sekarang relatif lebih banyak."

Penyebab Belum Diketahui Secara Pasti

Penyebab penyakitnya sendiri, tukas Najib, memang belum diketahui pasti. Tak seperti tifus, yang jelas disebabkan bakteri Salmonella. Dugaan penyebab Kawasaki cukup banyak, semisal karena infeksi virus. Hal ini berdasarkan pada gejala penyakit yang mengarah pada infeksi.. "Tapi itu pun belum ada buktinya."
Yang jelas, gejalanya justru mirip gejala campak. Malah banyak orang tua bahkan dokter semula mengira anak tersebut terkena campak. Gejalanya antara lain, demam, lesu, sangat rewel dan serba salah, misalnya, didiamkan atau digendong tidak mau, bibir merah-merah dan agak bengkak, lidah pun merah seperti strawberry (strawberry tongue), rongga mulut tampak kemerahan, mungkin anak tak mau makan. Lalu ada bercak-bercak merah seperti campak di seluruh tubuh maupun pada telapak tangan dan kaki dan agak bengkak. Terkadang anak mengaruk-garuk badannya karena rasa gatal yang ditimbulkan. "Panas badan tinggi bervariasi antara 38-41 derajat Celcius berlangsung selama lima hari atau lebih. Kedua mata merah, tapi tak ada kotorannya."
Kecuali itu, gejala lainnya terdapat pembengkakan kelenjar getah bening di salah satu sisi pada leher, bisa sebelah kiri atau kanan saja.

Berbeda Penanganan

Tapi, tentu saja Bu-Pak, seorang dokter ahli akan bisa membedakan kawasaki dengan campak. Hal ini penting mengingat penanganan kedua penyakit ini akan menimbulkan kesalahan dalam pengobatan.. "Pada Kawasaki anak akan panas selama beberapa hari. Begitu timbul bercak-bercak, semisal di badan, telapak tangan dan kaki, panas badan anak akan menetap/tak hilang. Biasanya demam berlangsung selama 5 hari atau lebih." Berbeda dengan campak yang disertai batuk pilek, panas akan turun begitu timbul bercak pada tubuh.
Kemudian dalam fase penyembuhan, pada Kawasaki, kulit pada jari-jari tangan atau kaki akan mengelupas. "Sedangkan pada campak, bercak merahnya menjadi kehitaman dan beberapa minggu baru menghilang."
Nah, orang tua pun perlu tahu perbedaan ini. Jadi, bila muncul gejala-gejala kawasaki, jangan lantas mengira anak terkena campak. "Apalagi kadang-kadang orang tua bila mengganggap campak malah tak dibawa ke dokter dan tak diobati."
Sebab, jika orang tua menganggap enteng dan ternyata anaknya terserang kawasaki, kan repot. Perlu dicatat, Bu-Pak, memang kawasaki menjadi berbahaya bila timbul komplikasi ke jantung. Pada penderita kawasaki sebagian akan menderita komplikasi berupa kerusakan pembuluh darah koroner (pembuluh darah jantung) yang jika tak ditangani dengan baik dapat berakibat fatal. Nah, karena itu kita perlu waspada.
Selain itu, penyakit kawasaki dapat menyebabkan gangguan irama jantung, menimbulkan radang pada kantong jantung. Biasanya kasus gangguan irama jantung muncul sepuluh hari pertama sejak timbul gejala kawasaki. "Lewat dari itu baru timbul gangguan pembuluh nadi koroner."
Untuk mengetahui adanya gangguan irama jantung, anak perlu diperiksa dengan alat EKG. "Kawasaki bisa didiagnosis dari gejalanya. Pemeriksaan darah seperti kadar trombosit maupun laju endap darah diperlukan." Keduanya akan menunjukkan peningkatan. Pemeriksaan EKG juga diperlukan; yang bisa langsung melihat dan mengukur besarnya pembuluh koroner jantung.
Gangguan yang paling serius, bisa merusak pembuluh nadi koroner. Kalau pembuluh nadi koroner terserang maka akan melebar dan berlekuk-lekuk. Pada kasus kawasaki, trombosit (sel-sel darah pembekunya) juga meningkat naik. "Bila trombosit meningkat maka darah akan mengental. Karena itu kadang-kadang bisa menyumbat di pembuluh darah koroner jantung." Akibat tersumbat, maka gejalanya seperti orang dewasa tua yang terkena penyakit jantung; kurang mendapat darah dan sebagian sel-sel jantung mati dan tak bisa bekerja dengan baik. "Akibatnya sangat fatal. Kematian timbul karena kelainan yang timbul pada pembuluh nadi koronernya." Karena itu, kehati-hatian perlu ditingkatkan. Sebaiknya, saran Najib, bila sudah diduga penyakit kawasaki, segera konsultasikan dengan dokter jantung anak untuk dilakukan ekokardiografi.
Perlu diketahui, lima puluh persen anak dengan penyakit kawasaki akan mengalami gangguan pada jantungnya. "Tanpa pengobatan yang sesuai, separuh dari lima puluh persen ini bisa menetap atau terus berlanjut dan separuhnya lagi akan sembuh."

Pengobatan

Pengobatan dilakukan lewat suntikan intravena; dilakukan empat kali atau selama 4 hari dengan dosis rendah. Tapi menurut penelitian terakhir, pemberian obat paling efektif diberikan dengan dosis tunggal; satu kali pemberian dengan dosis tinggi.
Selain itu, diberikan juga aspirin dosis tinggi dengan cara diminumkan. Gunanya mengurangi kekentalan darah.
Hasil pengobatannya dapat dikatakan bagus asal penanganannya cepat dilaksanakan. Hal ini memungkinkan jika Bapak-Ibu membawa anak begitu gejala awal diketahui. Yang terang, Bu-Pak, "pengobatan kawasaki harus dilakukan di rumah sakit," tegas Najib.
Kecuali itu, semua pasien yang diduga menderita kawasaki harus di-EKG (Ekokardiografi), sehingga timbulnya gangguan bisa diobati segera. Jika pengobatan dilakukan dengan sedini mungkin atau segera, maka bisa mencegah timbulnya komplikasi ke jantung. Pun jika timbul kelainan koroner jantung yang berat dan menetap, mungkin perlu dilakukan tindakan operasi.
Selain pengobatan, kondisi fisik anak pun harus baik agar dapat mempercepat proses penyembuhan. Terkadang karena anak rewel dan mulut merah, anak tak mau makan dan minum.. "Karena itu harus dirawat di rumah sakit." Sebisa mungkin anak harus tetap makan seperti biasa, toh, tak ada yang dipantang.
Yang jelas, bila anak pernah terkena kawasaki, sangat kecil kemungkinan terjangkit kembali.
Sayangnya, serangkaian pengobatan yang harus dilakukan tergolong berbiaya cukup mahal. Karena hampir sebagian besar obat-obatannya masih impor. Semisal, obat Gammaglobulin; obat untuk zat kekebalan. Dosis pemakaiannya tergantung berat badan anak. Jadi semakin anak besar, semakin banyak kebutuhan obatnya. Sudah pasti makin mahal. "Untuk anak usia setahun saja kira-kira bisa mencapai sekitar 10 juta rupiah. Jika anaknya agak besar bisa sekitar 20 jutaan."
Nah, Bu-Pak, daripada keluar uang begitu banyak lebih baik berhati-hatilah. Segera ke dokter saat kecurigaan pertama kali muncul. Jangan tunggu hari esok!

sumber::nakita


Akses email lebih cepat.
Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! (Gratis)

No comments:

Post a Comment